Jumat, 09 Desember 2011

Disentri Basiler


A.      Pengertian
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah .
Penyebab umum disentri adalah infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. Penderita perlu segera mendapatkan perawatan medis, jika tidak dapat mengancam jiwa.

B. Manifestasi Klinis

Ø  Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Ø  Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
Ø  Muntah-muntah.
Ø  Anoreksia.
Ø  Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

B. Patogenesis

1.       Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
2.       Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
3.       Salmonella
4.       Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
5.       Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-person contact.

1.       Shigella

MO à kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal  invasi ke sel epitel mukosa usus à multiplikasi à penyebaran intrasel dan intersel à produksi enterotoksin à ↑ cAMP à hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).--> produksi eksotoksin (Shiga toxin) à sitotoksik à infiltrasi sel radang à nekrosis sel epitel mukosa à ulkus-ulkus kecil à eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus à tinja bercampur darah. à invasi ke lamina propia à bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)

2.       Salmonella

MO à kolonisasi di jejunum/ileum/kolon à invasi ke sel epitel mukosa usus à invasi ke lamina propia à infiltrasi sel-sel radang à sintesis Prostaglandin à produksi heat-labile cholera-like enterotoksin à invasi ke Plak Peyeri à penyebaran ke KGB mesenterium à hipertrofi à penurunan aliran darah ke mukosa à nekrosis mukosa à ulkus menggaung à eritrosit dan plasma keluar ke lumen à tinja bercampur darah.

3.       Campylobacter jejuni

MO à kolonisasi di jejunum/ileum/kolon à invasi ke sel epitel mukosa usus à invasi ke lamina propia à infiltrasi sel-sel radang à Prostaglandin à produksi heat-stabile cholera-like enterotoksin à produksi sitotoksin à nekrosis mukosa à ulkus à eritrosit dan plasma keluar ke lumen à tinja bercampur darah. à masuk ke sirkulasi (bakteremia)
 

D. Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
                Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
  • Pemeriksaan tinja
    • Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
    • Benzidin test
    • Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
  • Biakan tinja :
    • Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
  • Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat ditemukan leukopenia.

E.     Penatalaksanaan
Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.
Komponen terapi disentri :
1.       Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
2.       Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.
3.       Antibiotika
·         Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
·         Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plaseb Alternatif yang dapat diberikan :
·         Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
·         Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
·         Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM
·         Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
·         Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.
·         Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
4.       Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
F.     Pencegahan
Pencegahan disentri dapat dilakukan dengan senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Langkah awal yang paling sederhana adalah membiasakan mencucii tangan sebelum makan dan mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat. Selain itu steriisai alat tidur, pakaian, dan benda-benda lain yang telah dipergunakan oleh penderita harus dilakukan. Juga desinfeksi tinja penderita tidak boleh dilupakan.

G.    Komplikasi dan hubungannya dengan kesehatan reproduksi
  1. Dehidrasi
      Pada anak-anak yang menderita shigellosis akut, dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit terjadi dengan cepat. Apalagi didaerah tropis yang panas.sejumlah besar air harus diberikan untuk menjaga agar produksi urin tidak kurang dari 1500ml.pada kasus-kasus yang berat diperlukan pengobatan dengan elektrolit pengganti.
Kehilangan cairan sebanyak 5% pada anak menimbulkan dehidrasi sedang,dehidrasi berat kehilangan 10%  dan dehidrasi sangat berat,anak kehilangan cairan sebanyak 20% dari berat badannya.
Pada anak dan bayi cairan yang diberikan secara parenteral adalah setara dengan 1/5 sampai separoh kekuatan larutan garam fisioligis.
  1. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
Hyponatremia merujuk pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf. Pada kehamilan ini dapat menyebabkan kurangnya cairan pada ibu dan mengakibatkan hipotensi.
  1. Toxic megacolon
Toksik megacolon adalah radang didalam usus yang menyebabkan pembengkakan usus secara ekstrim. Pada umumnya penderita akan mengalami demam, kekurangan air( dehidrasi ), dan degup jantung menjadi cepat. Hal ini juga disertai dengan perut kembung dan kesakitan perut yang teramat. Lama-kelamaan penderita sukar untuk bergerak dan tidak sadarkan diri bahkan dapat menyebabkan kematian.
  1. Peritonitis     
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya. Pada kehamilan ini dapat menimbulkan nyeri pada ibu. Dimana jika terjadi saat persalinan, ibu akan sulit membedakan nyeri his dan peritonitis. Rasa sakit ini bahkan bisa menyebabkan syok.
Daftar Pustaka

Soedarto. 1990. Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta: widya medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar