Jumat, 09 Desember 2011

Metode Kontrasepsi Alamiah

A.    Metoda Kalender
sering juga dikenal sebagai metoda ogino knaus dan mulai dipergunakan sejak tahun 1930. menurut ogino ovulasi biasanya terjadi pada hari ke 14 sebelum haid yang akan datang, tapi dapat terjadi pada hari ke 12 dan hari ke 16 sebelum haid. jadi ke 5 hari itu merupakan masa yang terlarang untuk koitus.
Karena sel sperma dapat hidup selama 3 hari dalam alat reproduksi wanita maka di tambahkan hari ke 17 dan ke 18, kemudian ditambahkan 1 hari lagi yaitu hari ke 11, untuk hidupnya sel ovum sehingga masa subur menjadi 8 hari pada siklus 28 hari, yaitu pada hari ke 11 sampai hari ke 18.
Yang paling menyulitkan pada metode kalender adalah pada wanita yang siklus haidnya tidak teratur setiap 28 hari. Misalnya : Pada siklus haid tidak teratur yang bervariasi antara 25 dan 32 hari, maka masa aman pre ovulasi diperoleh dengan mengurangi 18 hari dari yang terpendek (25-18 = 7) dan masa aman post ovulasi dengan mengurangi 11 dari siklus yang terpanjang (32-11 = 21) maka masa tidak subur adalah sebelum hari ke 7 dan sesudah hari ke 21.

      B.Metode Suhu Basal
Dasar dari metode ini adalah naiknya suhu basal pada waktu ovulasi karena kadar progesteron naik. Kenaikan suhu antara 0,3 – 0,5 o C. Kenaikan suhu ini dapat terjadi segera atau secara berangsur-angsur dan terus menerus, dengan bentuk tangga atau seperti gambaran gigi gergaji. Kadang-kadang penurunan suhu mendahului kenaikan suhu.
Suhu basal harus diukur dengan termometer yang khusus dan dicatat pada kartu grafik tertentu. Karena yang paling penting adalah perubahan suhu dan bukan nilai absolutnya, maka pengukuran harus dilakukan setiap hari, yaitu pada pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur dan sebelum makan atau minum.
Pengukuran ini secara oral (3 menit) atau rektal (1 menit). Kekurangan dari cara ini adalah kita hanya dapat menentukan masa aman post ovulasi. Karena itu sering dikombinasikan dengan metode kalender untuk menentukan masa tidak subur pre ovulasi.
Jadi, pelaksanaannya sebagai berikut :
Masa aman pre ovulasi ditentukan dengan metode kalender atau dengan mengurangi 6 hari dari kenaikan suhu yang paling dini yang telah tercatat selama 6 bulan. Masa aman post ovulasi adalah 3 hari setelah kenaikan suhu basal.
Metode suhu basal tidak dapat digunakan pada remaja dan dalam klimakterium, karena sering siklus yang ovulatoir diselingi denga siklus yang anovulatoir.

C. Coitus Interuptus

a.       Pengertian

            Coitus interuptus atau biasa dikenal dengan senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
            Coitus interuptus merupakan salah satu usaha kontrasepsi yang paling tua. Cara ini paling banyak dipergunakan di benua Eropa pada abad ke 18 dan 19 dan memegang peranan penting dalam pembatasan penduduk. Kira- kira 50 % dari suami istri mempergunakan nya pada saat itu.
            Walaupun demikian, cara ini tentu ada kegagalannya tapi tidak kalah dengan hasil pasangan yang menggunakan kondom dan diafragma. Dulu dikatakan bahwa coitus interuptus dapat menyebabkan hipertrofi prostat, impotensi dan bendungan panggul, namun bukti ilmiah tidak ada. Tapi kalau salah satu anggota dari pasangan tidak menyetujuinya, dapat menimbulkan ketegangan dan dengan demikian mungkin merusak hubungan seksual.
            Cara ini tentu memerlukan suami yang bertanggung  jawab dan dengan kemauan yang cukup besar, tapi mudah diterima karena merupakan cara yang dapat dirahasiakan dan tidak usah minta nasehat pada orang lain.

b.      Cara Kerja
Alat kelamin ( penis) dikeluarkan dari vagina sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk  ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan dapat dicegah .

c.       Manfaat
Ø  Kontrasepsi
·         Efektif bila dilaksanakan dengan benar
·         Tidak mengganggu produksi ASI
·         Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
·         Tidak ada efek samping
·         Dapat digunakan setian waktu
·         Tidak membutuhkan biaya
Ø  Non Kontrasepsi
·         Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB
·         Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.

d.      Keterbatasan
·         Efektifitas sangat tergantung pada kesetiaan pasangan untuk melakukan senggama terputus (angka kegagalan 4-27 kehamilan/ 100 perempuan per tahun)
·         Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis
·         Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual

e.       Indikasi
·         Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam KB
·         Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode- metode lain
·         Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
·         Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain
·         Pasangan yng membutuhkan metode pendukung
·         Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur

f.       Kontraindikasi
·         Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
·         Suami yang sulit melakukan senggama terputus
·         Suami yang memiliki kelainan fisik dan psikologi
·         Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
·         Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
·         Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus

g.      Konseling untuk klien
·         Meningkatkan kerja sama dan sebelum melakukan hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati pengguanaan merode senggama terputus
·         Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya
·         Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina
·         Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya
·         Senggama tidak dianjurkan pada masa subur


DAFTAR PUSTAKA

Bari Saifuddin , Abdul.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar