Jumat, 09 Desember 2011

Flu Burung


Flu Burung (H5N1)


A.      DEFINISI

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

B.      ETIOLOGI

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.

C.      MANIFESTASI KLINIS

Gejala pada manusia
·         Demam (suhu badan diatas 38 °C)
·         Batuk dan nyeri tenggorokan
·         Radang saluran pernapasan atas
·         Pneumonia
·         Infeksi mata
·         Nyeri otot
·         Masa Inkubasi pada manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

D.      PATHOGENESIS
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya.
Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris JS,et.al. 2004) dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al. 2005). Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO, 2005).
Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya.
Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminic acid α-2,3-galactose (SA α-2,3- Gal), dimana molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia.
Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA α- 2,6-galactose (SA α-2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1.
Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia (Russel CJ and Webster RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).

E.       DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan dengan:
  1. Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita, dan adanya riwayat kontak atau adanya faktor resiko, seperti kematian unggas secara mendadak atau unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah.
  2. Pemeriksaan fisik, seperti suhu tubuh lebih dari 380C , napas cepat, dan hiperemi faring (faring kemerahan).
  3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia, trombositopenia ringan sampai sedang, dan kadar aminotransferase yang meningkat sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.
  4. Selain itu perlu diperiksa pula kadar ureum/kretinin, kretinin kinase, albumin/globulin dan analisa gas darah dengan tujuan untuk mengetahui status penderita.
  5. Setelah dilakukan pemeriksaan radiologi dengan melakukan foto rontgen dada/torak didapatkan gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru-paru. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan pneumonia. Gambaran hasil pemeriksaan radiologi menjadi indikator memburuknya penyakit flu burung.

Diagnosis Virologi
Diagnosis virologi dilakukan untuk memastikan penyebab infeksi. Cara atau metode pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi virus flu burung subtipe H5N1 adalah:

1.       Pemeriksaan serologi yang mendeteksi antibodi/antigen pada tubuh penderita
Antibodi akan muncul karena usaha dari tubuh untuk melindungi dirinya dari virus yang masuk. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik virus influenza A yang terbentuk di dalam tubuh adalah uji penghambatan hemaglutinasi (hemaglutination inhibition-HI), uji fiksasi komplemen (complement fixation test), dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Antigen pada penderita dengan infeksi virus influenza A dapat diperiksa dengan metode ELISA.
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan serologi berasal dari serum darah penderita.
Saat ini telah tersedia uji cepat dalam bentuk kit yang dapat dengan cepat memberikan hasil, tetapi kurang akurat. Hasil akan diperoleh dalam waktu lebih kurang 1-2 jam.
Karena hasil yang didapat kurang akurat dan tidak dapat menentukan subtipe dari virus influenza A yang menginfeksi, kita harus melakukan pemeriksaan lain yang lebih sensitif dan tepat untuk memastikan virus H5N1 sebagai penyebabnya
2.       Isolasi dan identifikasi virus
Cara pemeriksaan dengan mengisolasi virus adalah yang paling baik, dalam arti sangat menentukan. Akan tetapi pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan teknik yang canggih selain tenaga ahli yang andal, sehingga tidak dipakai secara rutin sebagai uji dalam laboratorium.
Bahan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk isolasi virus adalah berasal dari usap tenggorok dan hidung atau sputum/riak pada penderita dewasa dengan pneumonia. Isolasi virus dilakukan dengan cara menanam bahan yang akan diperiksa pada biakan jaringan atau telur ayam yang berembrio, kemudian diperiksa subtipe virus influenza A yang telah diisolasi tersebut
3.       RT-PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction)
Metode pemeriksaan ini dilakukan untuk memberikan hasil yang akurat mengenai penyebab flu burung, yakni H5N1, dan sebagai penegasan/konfirmasi setelah dilakukannya pemeriksaan serologi. Terdapat beberapa macam metode yang telah dikembangkan untuk mendeteksi RNA virus influenza A.
Diagnosis molekuler ini mempunyai beberapa keunggulan, seperti sensitif, karena dapat mendeteksi komponen virus (RNA spesifik H5) dalam jumlah sedikit; mampu membedakan materi genetis dengan tingkat deferensiasi yang lebih tinggi; memberikan hasil dalam waktu yang relatif cepat.

F.       PENATALAKSANAAN

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1.       Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2.       Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3.       Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4.       Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis . Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

G.     PENCEGAHAN

1.       Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
§   mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
§   Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
§   Menggunakan alat pelindung diri (contoh : masker dan pakaian kerja).
§   Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
§   Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
§   Imunisasi.
2.       Masyarakat umum
§   Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
§   Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
§   Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit padatubuhnya)
§   Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.
 
DAFTAR PUSTAKA

Anton (2007). Flu Burung. From: http://www.antonbahagia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=17, 4 November 2010.
Maksum Radji (2006). Avian Influenza a (H5N1) : Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran Pada Manusia. From: http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/maksum0302.pdf?PHPSESSID=50ac0ac476b31f8693bfbb726df823c1, 4 November 2010.
Nharti (2009). Flu Burung. From: http://nartifkmug.blogspot.com/2009/04/flu-burung.html, 4 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar